Bisnis Home Stay Ramah Lingkungan
Di Yogyakarta
Latar
Belakang
Perkembangan
bisnis pariwisata di Indonesia baru berkembang secara strategis sekitar tahun
1980-an. Namun Diawal tahun Indonesia baru merdeka hingga 1970-an bisnis
pariwisata belum dibangun secara baik karena berhadapan dengan berbagai
hambatan dari kebijakan internal, penyesuaian tukar mata uang yang dipengaruhi
oleh minyak bumi danbiaya yang sangat tinggi dari pada destinasi wisata dinegara
tetangga. Perkembangan pariwisata membaik Pada tahun 1980-an, Indonesia
menerima 562.000 pengunjung international, tiga puluh tahun kemudian berkembang
menjadi 7 juta pengunjung international di tahun 2010 dan pada tahun 2014 menurut
kementrian parawisata dan ekonomi kreatif, Jumlah kunjungan wisatawan international
ke Indonesia naik sebesar 7,2% atau
sebesar 9,4 juta dibandingkan tahun 2013. Menurut BPS Pengunjung international
terbanyak pada 2014 berasal dari negaraSingapur, kemudian diikuti oleh
pengunjung dari Malaysia, Australia, Tiankok dan Jepang. Adanya Peningkatan
kunjungan wisatawan international dipicu oleh beberapa event besar yang di
selengarakan di Indonesia pada tahun 2014 seperti Jakarta International Jazz festival,
Banyuwangi beach Jazz festival, Bintan Marathon, Djakarta warehouse project dan
bintang golf challenge 2014.
Sementara
itu, permintaan wisatawaan dunia mendekati 1 milliar kedatangan dan pasar
domestik pariwisata terus berkembang dan hal tersebut menjadi peluang baru
untuk melayani kelas menengah yang tumbuh dengan cepat dan diharapkan kelompok
wisatawan domestik yang potensial dapat menjamin pariwisata menjadi sektor
strategis dalam sebuah peluang bisnis masa depan dan juga pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Kompetisi setiap negara di dunia untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dari wisatawan sangat kuat, pemenang adalah
destinasi yang mampu memanfaatkan kekuatan parawisata dan dukungan ekonomi
kreatif untuk berkontribusi dalam proses menuju ekonomi ramah dan bersahabat
dengan lingkungan.
Indonesia
juga sebagai anggota G20, dimana perekenomian Indonesia sedang menuju menjadi
salah satu diantara 10 negara ekonomi terkuat pada tahun 2020. Sektor bisnis
pariwisata yang dikembangkan secara inofatif, menarik dengan mengunakan sumber
daya secara efesien dan efektif akan mendapatkan keuntungan yang berlipat
secara ekonomi dan juga sosial.
Bali
sebagai salah destinasi parawisata Indonesia yang dkenal banyak secara
international. Perkembangan pariwisata Bali banyak mengunakan praktik-paktik
pariwitasa yang berkelanjutan berdasarkan pada kearifan lokal setempat, dengan
sebutan Tri Hita Karana yakni keharmonisan hubungan antara alam, manusia dan
sang pencipta. Konsep dan model tersebut diakui secara international oleh United
Nations World Tourism organization (UNWTO) dan Pasific Asia travel
Asosiation(Pata). Menurut UNWTO model
Tri Hita Karana bisa di modifikasi dan disesuaikan ditempat
pariwisata daerah lain.
1.1
Yogjakarta
sebagai destinasi dan potensi bisnis Parawista
Jogjakarta adalah
salah daerah special dari Jawa dan terkenal dengan pusat pembangunan budaya dan
seni di Indoensia. Yogjakarta juga salah satu tempat yang melahirkan seniman
besar dunia dan memiliki berbagai macam keunikan budaya seperti batik, music
klasik jawa, lukisan dan juga dikenal sebagai house-hold industry.Produk seni
mereka tidak hanya dijual dalam negeri namun juga di ekspor ke berbagai negara.
Selain itu, Yogakarta adalah kota pendidikan tempat yang paling aman dan murah
bagi semua kalangan untuk melanjutkan studi mereka dan juga sebagai destinasi
kunjungan international paling murah.
Selain itu, Jogjakarta
juga dikenal sebagai salah satu Daerah Istimewa di Indonesia yang terkenal
dengan nilai seni dan budaya yang tinggi, indikasi sebagai kota seni dan budaya
ini bisa kita lihat secara kasat mata dengan banyaknya even-even Festival seni
dan budaya, menurut perhitungan organisasi lokal Taring Padi, setiap tahun
kurang lebih ada sekitar 35 Festival yang mengusung berbagai macam tema seni
budaya, yang mengakomodasi semua disiplin seni, seperti visual art, Film, musik
dan Pertunjukan seni tradisi dan modern. Belum lagi even khusus semacam pameran
seni, di bidang visual art sendiri bisa di katakan minimal 2 sampai dengan 3
even pembukaan pameran seni rupa yang melibatkan seniman Jogjakarta, atau kota
lain di Indonesia bahkan juga seniman International.
Ada berbagai koleksi asset pusaka yang bisa menjadi eko
turism, sehinggabisnis pariwisata yang bisa menjadi pilihan menarik adalah
membangun home stay dengan konsepyang ramah lingkungan, sebuah peluang bisnis
yang strategis dan bisa dijamin membawa banyak keuntungan, karena Yogyakarta
pusat industry ekonomi kreatif yang telah mampu menarik banyak wisatawan
domestic dan international.
Rumusan Masalah
Berbagai
macam fenomena perusakan Alam dan lingkungan banyak terjadi di dunia secara
golabal, setiap negara didunia baik dari pemerintah dan sektor swasta mulai
memikirkan untuk membangun strategi baru dalam menyusun sebuah ekonomi yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan.Misalnya di Indonesia pada tahun 2009 sudah
memperbaharui UU parawisata yang telah
disusun pada tahun 1990, untuk lebih memperhatikan konsep bisnis dan
ekonomi yang berkelanjutan. Dan di Perancis bulan yang lalu, ada satu kebijakan
yang baru disahkan terkait dengan industri bangunan yang ramah lingkungan,
kebijakan tersebut mengharuskan semua bangunan rumah yang dibangun dalam
wilayah komersial harus ada konsep plant
dan juga solar panels . Hal yang sama juga telah dilakukan di negara Kanada,
kota Toronto pada tahun 2009, menharuskan setiap industri baru dan setiap pembangunan
penginapan harus ada green roofs, Bisnis
seperti itu, lebih dulu sudah popular dan di aplikasikan di Australia dan
Jerman.
1. Seperti apa konsepbisnis home stay berbasis
ekologi dan budaya, bisa dibangun di Yogyakarta?
2. Seberapa besar keuntungan yang bisa
didapatkan secara ekonomi dan sosial?
3.
Bagaimana dan dimana Sumber daya manusia
dalam pariwisata dan hospitality yang mampu memberikan kemudahan bagi perusahaan
dan mampu memberikan usaha yang berkualitas tinggi, efesien dan efektif
4. Apakah Home stay berbasis ekologi bisa meningkatkan
daya saing perusahaan di Indonesia?
Dalam
dunia bisnis perusahaan perlu menghindari persoalan yang hukum terkait dengan
isu tanah dan bisnis yang bisa memberikan kerugiaan yang sangat besar bagi
masyarakat dan juga terhadap alam semesta.hal tersebut perlu diperhatikan oleh
pengusaha karena kerugian akibat kelelaian akan menyebabkan bisnis ditutup,
perusahaan akan mendapatkan kerugian yang sangat besar.
Tujuan Proposal
Dalam
beberapa tahun ini, konsep bisnis industri bangunan tersebut baru menjadi
perhatian utama dari pemerintah maupun sektor swasta secara global, konsep
ramah lingkungan dalam sebuah kegiatan dipandang sebagai sebuah rencana usaha
dan pembangunan ekonomi yang strategis dan berkelanjutan.
Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan dari proposal adalah
1.
Memahami secara deskriptif tentang perilakukonsumenberdasarkan
kelas sosial dan gaya hidup terhadap konsep bisnis parawisata dan ekonomi
berkelanjutan
2.
Memahami besarnya pengaruh perilaku konsumen berdasarkan
kelas sosial dan gaya hidup terhadap konsep bisnis parawisata ramah lingkungan
Hasil data
analisis dan informasi bisa membantu perusahaan merancang home stay yang
menarik dan sesuai minat konsumen di pasaran dan perusahaan bisa mengukur
seberapa besar keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan dari industri
home stay ramah lingkungan di Yogyakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan kuantitatif
dengan mengunakan metode studi deskriptif yang akan dipakai dalam mengambarkan
hasil riset pasar. Penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial dengan memusatkan pada
aspek ekonomi dan menunjukkan pengaruh antar variabel.Dan penelitian ini juga
mengunakan metode survey untuk mengkaji sampel yang dipilih dari populasi dan
identifikasi hubungan dari berbagai variabel sosial dan psikologis.Cara-cara
yang dipakai adalah menjelaskan variabel-variabel yang sedang di teliti,
berikut penjelasan tentang defenisi variabel penelitian dalam riset pasar.
Menurut Rambat Lupiyoadi (2001), segmentasi
pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan menurut
kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku, yang mungkin membutuhkan produk
yang berbeda. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat
heterogen(berbeda) dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar yang bersifat
homogen(sama). Berdasarkan definisi diatas, segmentasi pasar dapat diartikan
sebagai proses membagi pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih homogen, yang memiliki kesamaan kebutuhan atau karakteristik dan respons
terhadap program pemasaran.
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar
keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa
segmen, yang setiap segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek.
Ada beberapa macam Segmentasi pasar antara lain:
- Segmentasi Pasar Konsumen yaitu membentuk segmen pasar dengan menggunakan ciri-ciri konsumen (consumer characteristic). Kemudian perusahaan akan menelaah apakah segmen-segmen konsumen ini menunjukkan kebutuhan atau tanggapan produk yang berbeda.
- Segmentasi Pasar Bisnis yaitu membentuk segmen pasar dengan memerhatikan tanggapan konsumen (consumer responses) terhadap manfaat yang dicari, waktu penggunaan, dan merek
- Segmentasi pasar yang efektif, antara lain: Dapat diukur (measurable), ukuran, daya beli, profil segmen, Besar segmen (subtantial), artinya cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani, Dapat dijangkau (accessible dan dilayani secara efektif, dapat dibedakan (differentiable), artinya secara konseptual dapat dipisahkan dan memberi tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program bauran, dapat diambil tindakan (actionable), artinya program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen tersebut (Widjanta, 2007)
Menurut James F. Engel, perilaku konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini. Sementara itu, David L. Loudon dan Albert J. Della
Bitta lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan
keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan
keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau mengatur barang dan jasa.
Kotler dan Amstrong mengartikan perilaku
konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen baik individu maupun rumah tangga,
yang membeli produk untuk konsumsi personal. (Simamora, 2001) Beberapa teori
tentang perilaku konsumen untuk mengetahui proses motivasi yang mendasari dan
mengarahkan perilaku konsumen dalam melaksanakan pembelian adalah teori yang
didasari pada pandangan ekonomi, psikologi,sosiologi, dan antropologi.
DARTAR PUSTAKA
Modul ILO (2013). Management sumber daya manusia, untuk kerja
sama dan usaha yang sukses. ILO Jakarta
Strategi Parawisata
Indonesia, ILO(2012). Rencana Strategis
Pariwisata Berkelanjutan dan Pekerjaan Layak dan Ramah Lingkungan (Green Jobs)
untuk Indonesia.ILO Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar